Kamis, 06 Agustus 2009

Guruku Pahlawanku

Guruku, beberapa waktu yang lalu namamu sempat terpojok karena kekerasan spontanitas yang dilakukan beberapa kolegamu terhadap beberapa anak didiknya, tapi aku muridmu masih sangat mencintai dan menghormatimu. Pengorbanan yang telah engkau berikan tak akan pernah kulupakan hanya karena beberapa kekhilafan yang kuyakini engkau tak sengaja melakukannya. Pengorbananmu lebih besar dari kekhilafanmu, kami memaklumi semua kekhilafan itu, karena engkau hanya manusia biasa, seperti kami dan juga orang-orang yang memperbincangkan tentang dirimu. Dan aku yakin, engkau adalah pahlawan terbaik yang pernah dimiliki oleh Bangsa ini.

Guruku, jarak dan waktu yang telah lama memisahkan kita membuat hatiku kembali merasakan getaran rindu yang amat sangat mengenang sosokmu yang begitu bersahaja. Sederet bulu kudukku berdiri merinding dibarengi dengan tetesan air mata yang keluar dari pelupuk mataku di kala kugoreskan tinta ini untuk mengenang jasamu dan kerinduanku akan belaian kasih sayang dan perhatianmu seperti dulu ketika engkau menyapa kami di pagi hari, ‘anak-anak, apa kabar hari ini?’

Guruku, engkau adalah pahlawan tanpa tanda jasa, begitu banyak jasamu kepadaku, namun tak pernah ada balasan setimpal yang engkau peroleh dariku. Sungguh aku menyesali semua itu, kenapa aku tidak pernah membahagiakanmu, bahkan hanya kekesalan yang engkau peroleh ketika menyaksikan tingkah laku kami dulu ketika engkau mengajariku, begitu malasnya kami mengerjakan PR-PR yang engkau berikan dulu di sekolah, tingkah kami sering kali pula membuatmu hampir berputus asa mendidik kami menjadi orang-orang yang berguna bagi Agama, Bangsa dan Negara, tapi kami terkesima karena ternyata engkau masih tegar dan ternyata terus tegar mendidik kami dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang, meskipun imbalan yang engkau terima tak pernah cukup untuk menghidupi keluargamu.

Guruku, saat ini ketika kami mulai mengenal arti kehidupan ini kami baru menyadari siapa dirimu sebenarnya, ketika perjalanan hidup kami yang berliku-liku ini memberi kami banyak pelajaran berarti. Guruku, sungguh keputusan yang tepat ketika engkau mengambil inisiatif untuk mengemban profesimu yang sangat mulia sebagai pendidik, engkau telah menjejakkan kakimu di pelataran untuk membangun dan mencetak generasi umat ini. Guruku saudaraku, engkau tidak pernah membutuhkan kata-kata indah dan tiupan seruling selamat datang untuk menyambut kedatanganmu.

Guruku, betapa akan bahagianya diriku, dengan muka yang berseri ketika aku akan melihatmu. Wahai guruku, pribadi yang membawa jiwa yang luhur, hati yang mendidih tersayat pedih melihat realita umat, termenung sedih terhadap keadaan anak-anak muda yang engkau didik. Walau begitu, kesedihan ini tidak menjadi tembok penghalang dan jurang pemisah bagimu. Engkau tetap membawa optimisme tinggi, jiwa yang kokoh, yang selalu mengharapkan perbaikan dan perubahan. Lihatlah, aku telah melihat buah jerih payahmu. Semoga Allah memberikan berkah-Nya kepadamu dan menambah ilmu dan amalmu.

Guruku, aku sering mendengar kata-kata pujian yang terlontar dari murid-muridmu. Aku sering melihat nilai-nilai mulia darimu terpancar pada mereka. Tidakkah engkau melihat para pemuda lugu yang berlomba-lomba meraih shaf pertama di mesjid-mesjid, berlomba duduk di pengajian-pengajian dan majelis-majelis pengetahuan? Tidakkah engkau lihat orang-orang terbaik yang memimpin masyarakat ini, orang-orang shalih yang selalu menjadi teladan bagi masyarakat, menjadi orang-orang yang selalu meneriakkan ‘perubahan’ melalui lisan, tinta dan kerjanya? Wahai guruku, lihatlah anak-anak didikmu dulu, sebagian mereka telah menjadi orang-orang besar, menjadi penulis, wartawan, ulama, politisi, pengusaha, eksekutif dan lain-lain sebagainya. Seluruh yang engkau lihat- wahai guruku adalah sebagian dari hasil jerih payahmu bersama ustadz-ustads dan dai-dai yang lain.

Guruku, kuharap engkau masih mengingatku, karena aku juga selalu merindukanmu, selalu mendo’akanmu. Dan sebelum kuakhiri surat ini izinkan aku memohon do’amu agar harapanmu dulu bisa ku wujudkan, karena aku yakin tiada yang bisa lebih membahagiakan seorang guru kecuali melihat anak-anak didiknya berhasil, dan aku benar-benar ingin membahagiakanmu. Wahai guruku, tahukah dirimu, bahwa engkau adalah pahlawanku?

Comments :

0 komentar to “Guruku Pahlawanku”


Posting Komentar