Rabu, 09 September 2009

Lagi, IMAPA Jakarta Cabang Ciputat Gelar Sahur on the Road

Pengurus Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta Cabang Ciputat kembali mengadakan Sahur on the Road Minggu dini hari (06/09). SOTR ini dimulai dengan konvoi bersama mengitari jalanan sekitar Jakarta Selatan dan sekitarnya dan berakhir di sebuah Panti Asuhan Nurul Ikhwan di kawasan Cireundeu.

Selain IMAPA Ciputat, SOTR ini juga diikuti oleh alumni-alumni IMAPA, Pengurus Pusat IMAPA, FOBA dan simpatisan lainnya. Setiap peserta yang mengikuti kegiatan amaliah ramadhan rutin ini wajib menyisihkan sebagian uang sakunya untuk disumbangkan ke panti asuhan. Meski pun tak banyak, namun rata-rata peserta yang ikut sudah menyumbang.

Di akhir acara, yaitu sahur bersama para penghuni dan pimpinan serta pengurus panti asuhan Nurul Ikhwan, para peserta menyempatkan diri untuk sekedar berbincang atau mengobrol santai dengan adik-adik yang manyoritas masih duduk di bangku sekolah dasar. Tak anyal, ternyata salah seorang dari mereka ada korban tsunami yang diasuh mulai 2005 lalu, sungguh sebuah kebetulan yang mengharukan.

Setelah sahur, pimpinan panti menyempatkan mengucapkan rasa terima kasih dan panitia dan para peserta pun berpamitan pulang...

Sukses selalu untuk IMAPA Jakarta.

Read More......

Selasa, 01 September 2009

Isu HAM tidak Diperlukan lagi di Aceh

Tim Aceh Based Research di gedung Badan Reintegrasi-Damai Aceh (BRA) mengumpulkan laporan dan membukukan tentang peranan demokrasi dan keadaan kaum sipil di Aceh, khususnya setelah pemilu 2009. Penilitian yang melibatkan 200 responden ini diketuai oleh pakar politik dari Norwegia, Profesor Olle Tornquist. Buku tersebut ikut mengundang kontroversi di kalangan pakar politik, karena dinilai tak menyinggung persoalan HAM ketika dievaluasi di aula gedung BRA, Senin (31/8), yang dihadiri oleh pakar politik, praktisi hukum dan pakar antropologi.

“Dari hasil temuan oleh responden yang berasal dari berbagai kalangan LSM sejak tahun 2006 disimpulkan, masyarakat Aceh sama sekali tak menyinggung masalah Hak Asasi Manusia (HAM) maupun Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Cuma asosiasi petani yang berbicara soal itu. Masyarakat lainnya hanya angkat bicara mengenai isu ekonomi. Mereka merasa puas dengan perdamaian yang terwujud tanpa menuntut penegakan hukum pelanggaran HAM di Aceh pada masa konflik. Jadi, dari temuan tersebut kami menganggap, isu HAM tak diperlukan lagi di Aceh,” jelas Olle.

Mukhlis, dari Forum LSM menyangkal hal itu, ia menilai responden yang diterjunkan ke lapangan bukan berasal dari kalangan korban konflik, maka dianggap 200 responden itu kurang paham dan peka dengan apa yang dirasakan oleh korban konflik. Menurutnya, responden hendaknya melibatkan korban konflik agar paham dengan kondisi di lapangan dan idu HAM bisa terangkat ke publik. Padahal masih banyak kasus pelanggaran hak sipil dari hasil penelitian dan advokasi pihak LSM di masa konflik. “Memang isu HAM menurun setelah perdamaian. Media pun tak banyak lagi memberi tempat terhadap isu HAM,” tukasnya.

Sementara itu, pengamat antropologi, Teuku Kemal Pasya Pasha mengatakan, tenggelamnya isu HAM diakibatkan instansi-instansi pemerintah maupun swasta seperti LSM sudah mabuk dengan uang. Bantuan dari BRR senilai 7,2 USD sudah mengacaukan proses politik Aceh. Oleh karena itu, seluruh aktor politik saat ini sudah pragmatis. Sebelum tahun 2005, isu perjuangan sangat kuat karena adanya krisis sistemik. "Perjuangan untuk estafet menjadi kabur akibat serangan isu ekonomi. Kejadian sekarang tak lagi realistis dan dikhawatirkan terjadi konflik lagi di masa akan datang," ungkapnya.

Sedangkan Jakfar, pengamat politik dari Unsyiah menegaskan, isu HAM harus dibangkitkan kembali. "Perdamaian tak berguna jika demokrasi tak berjalan," tambahnya

Read More......

Meraih Toga di Glee Gapui

Universitas Jabal Ghafur (Unigha) yang terletak pas di atas bukit Glee Gapui Kecamatan Lala Pidie sudah lama berkecimpung dalam dunia pendidikan. Kampus ini dirintis oleh Nurdin Abdurrahman (alm) mantan bupati Pidie.

Sebagai salah satunya universitas yang dibangun pada tahun 1980-an, menyimpan harapan yang belum parnah terwujud bagi masyarakat sampai sekarang yaitu bisa menjadi panutan bagi universitas lain yang ada di Aceh, Catatan The Globe Journal, Universitas ini berdiri berkat kerjasama masyarakat Pidie dengan pemerintahan Nurdin yang bahu membahu membangun semua fasilias diatas bukit tersebut.

Jabal Ghafur berasal dari bahasa Arab yang artinya "jalan di atas bukit" persis sangat identik dengan lokasi yang didirikan sebagai pusat pelaksanaan pengajaran, lokasi yang sangat nyaman yang jauh dari keramain membuat kampus ini semakin betah bagi para pengunjung yang sempat melewewati perbukitan tersebut, meski kemewahan gedung yang dulu berdiri tegak yang kini telah rapuh di luluh konflik, ternyata masih menyimpan keindahan.

Beberapa waktu lalu, diadakan pertemuan anatara ketua yayasan dengan mahasiswa di Gedung Lee Guna Glee Gapu membahas permasalahan yang selama ini sering terganjal mengenai keberadaan Unigha.

Mengenai lokasi belajar di roko-ruko sampai sekarang, Dina pengurus Yayasan berjanji dalam waktu dekat akan merenovasi dan jika perlu membangun fasilitas baru di lokasi tanah seluas lebih kurang 50 Ha tersebut.

Masyarakat di sana juga sangat berharap agar secepatnya dilakukan pembangunan sehingga pilar Unigha yang hilang ditelan konflik dapat berwarna kembali,"Kami sangat bangga bila kampus ini ditata kembali seperti dulu yang memiliki infrasruktur yang lengkap dan dapat dinegerikan secepatnya, karena kita juga memiliki semuanya, saya rasa kampus kita pantas mendapatkannya," ujar Zulbahri, warga Desa Ceumeucet Kecamatan Mila.

Universitas yang mendirikan cabang di seluruh Aceh ini, belum bisa menjawab harapan yang tertanam pada masyarakat Pidie, sehingga masyarakat sangat mengaharapkan secepatnya bisa menciptakan perubahan pada tubuh Unigha dengan bersikap mandiri sehingga tidak lagi menempati toko-toko dan menyewa gedung-gedung pemerintah. "Sudah saatnya kita menciptakan perubahan pada Unigha. Jangan ada lagi sifat ketergantungan, meski Jabal Ghafur masih berstatus swasta" kata Muslem Mahmud Ketua PEMA Unigha.

Unigha menjadi harapan bagi masyarakat Pidie, hal itu tergambar dari banyaknya mahasiswa baru yang mengikiti ujian seleksi pada Sabtu (16/8) yang mencapai 5.150 jiwa dengan daya tampung 3.200 jiwa. "Sangat disayangkan kalau yang lain terpaksa harus menjadi pengangguran, kami berharap pemerintah juga bisa membantu mengurangi penganguran," tambah Muslem.

Warga pun datang berduyun-duyun untuk meraih toga di Glee Gapui, di Bukit Pengampunan.

Read More......

Followers