Kamis, 30 Juli 2009

World Bank: Korupsi Bukan Hambatan Utama Investasi

Dalam laporan kajian terbarunya tentang Diagnosis Pertumbuhan Aceh, World Bank menyatakan korupsi bukanlah hambatan utama dalam investasi.

Sedangkan yang menjadi hambatan utama adalah sektor listrik, keamanan dan pungutan liar serta pertumbuhan ekonomi yang merata.

Fakta ini disampaikan dalam acara presentasi Diagnosa Pertumbuhan Ekonomi, Rabu (29/7) di Banda Aceh. Diagnosa ini merupakan hasil penelitian World Bank terhadap pelaku ekonomi di Aceh.

Analis ekonomi World Bank, Enrique Blanco mengatakan analisa pada tingkat perusahaan menunjukkan bahwa biaya transaksi (pajak legal dan pungli) berhubungan erat dengan kinerja perusahaan.

“Sedangkan korupsi tidak terlalu berpengaruh dalam konteks investasi dan pertumbuhan,” ujarnya.

Identifikasi hambatan-hambatan yang dilakukan World Bank menunjukan yang menjadi hambatan utama adalah sektor kelistrikan, keamanan dan pungutan liar serta pertumbuhan ekonomi yang merata, jelas Enrique.

Untuk sektor listrik perlu ditinjau kembali strategi harga kelistrikan. Sehingga menarik minat investor energi untuk masuk Aceh,” ujarnya. Selain itu perlu menjaga pasokan listrik dari sistem koneksi Sumatera.

Hambatan sektor keamanan dan pungutan liar dapat direduksi dengan peningkatan kapasitas polisi dan lembaga penegakan hukum. “Perhatian secara khusus daerah konflik penting,” katanya.

Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi merata Enrique menjelaskan pertanian dapat dijadikan sebagai sektor andalan sehingga harus memiliki penunjang yang layak.

“Irigasi, akses pasar pertanian, akses permodalan dan keterampilan khusus sangat membantu meningkatkan sektor ini,” tukasnya.

Kajian Diagnosis Pertumbuhan Ekonomi di Aceh merupakan hal yang pertama kali dilakukan World Bank di dunia untuk tingkat provinsi.

“Ini akan terus kita lanjuti dengan replikasi melalui laporan-laporan lainnya,” jelas Enrique Blanco Armas.

Source : www.theglobejournal.com

Read More......

Rabu, 29 Juli 2009

Belum Ada Lampu Hijau Penerapan Visa on Arrival

Sampai hari ini belum ada lampu hijau penerapan Visa on Arrival (VOA) di Aceh walau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah menyetujuinya. Aceh telah siap dengan infrastrukturnya untuk VOA dan Tim Imigrasi pusat pun telah melakukan kunjungan untuk mengecek segala sarana yang dibutuhkan.

Hal ini dikatakan oleh kepala kantor Imigrasi Banda Aceh Nasrul Ngabdimasa SH, Kamis (30/7) dihadapan peserta rapat gabungan Pemerintah-Swasta di Banda Aceh.

Pernyataan ini disampaikan untuk menjawab pertanyaan berbagai pihak terutama pelaku bisnis bidang pariwisata tentang kapan VOA berlaku untuk Aceh.

Permintaan adanya VOA terus bergulir sejak adanya penerbangan langsung dari luar negeri ke Aceh. Presiden SBY telah memberikan persetujuan secara lisan yang disampaikan dalam pidatonya di Banda Aceh pada tanggal 23 Februari 2009 lalu.

"Tim Imigrasi pusat pun telah datang ke Aceh untuk meninjau kesiapan Bandara Sultan Iskandarmuda dan pihak BNI 46," kata Nasrul Ngabdimasa. BNI 46 merupakan bank yang ditunjuk untuk pembayaran VOA di bandara.

"Tapi sampai sekarang belum ada lampu hijau dari pusat," katanya. Jika sudah ada lampu hijau maka pihak imigrasi tinggal menyiapkan perangkat komputer dan perbankan pun akan menempatkan stafnya di bandara.

Dalam pertemuan yang diikuti oleh instansi pemerintah dan pengusaha itu, peserta sepakat untuk membentuk tim untuk mengawal VOA sehingga tahu di mana hambatannya.

Source : www.theglobejournal.com

Read More......

Minggu, 26 Juli 2009

Mercury Gunong Ujeun Beredar Tanpa Pengawasan

Semenjak ditemukannya bijih emas di pegunungan Gunong Ujeun kabupaten Aceh Jaya pada penghujung tahun 2008, mercury yang merupakan bahan kimia yang termasuk dalam katagori Bahan Beracun Berbahaya (B3) beredar bebas tanpa adanya pengawasan dari pemerintah setempat.

Mercury atau sering disebut dengan air raksa tersebut beredar bebas dikalangan penambang dan pengolah bijih besi yang dilaksanakan secara tradisional di daerah tersebut.

Padahal dalam aturannya bahan kimia tersebut tidak bisa beredar secara bebas tanpa adanya izin dari pihak yang berwenang dan aparat kepolisian.

Informasi yang diterima The Globe Journal dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh, Kamis (30/7) menyebutkan, saat ini mercury bisa beredar bebas di Aceh Jaya dan dimanfaatkan oleh pengolah bijih emas.

“Informasi yang kita terima mercury tersebut dijual secara illegal tanpa adanya izin dan pengawasan resmi dari pemerintah setempat atau dari aparat penegak hukum,” ungkap salah seorang staf Walhi Aceh, Oki Kurniawan kepada The Globe Journal.

Menurut Oki yang turun langsung ke lapangan, Walhi Aceh juga sempat mempertanyakan hal tersebut kepadaKapolres Aceh Jaya, “Namun dalam pernyataan Kapolres Aceh Jaya menyebutkan, belum ada ketentuan yang mengatur tentang masalah tersebut sehingga tidak bisa diambil tindakan,” sebut Oki mengutip pernyataan Kapolres Aceh Jaya.

Padahal sebut Oki, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 85 tahun 1999 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada pasal tiga disebutkan, setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan yang menghasilkan limbah B3 dilarang membuang limbah B3 yang dihasilkannya secara langsung ke dalam media lingkungan hidup, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

“Pada pasal empat disebutkan, setiap orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3 dilarang melakukan pengenceran untuk maksud menurunkan konsentrasi zat racun dan bahaya limbah B3,” ungkap Oki.

Oki menambahkan, pada Pasal 34 ayat (1) dan (20) dipaparkan, Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi dan solidifikasi, secara fisika, kimia, biologi atau cara lainnya sesuai dengan perkembangan teknologi.

Pemilihan lokasi untuk pengolahan limbah B3 harus memenuhi ketentuan, bebas dari banjir, tidak rawan bencana dan bukan kawasan lindung.

“Ini merupakan landasan hukum jika memang Polres Aceh Jaya dan pemerintah setempat ingin mengambil tindakan terhadap peredaran Mercury di Aceh Jaya,” jelas Oki.

Pembuangan limbah ini dilakukan di hulu utama sungai Krueng Sabee ini berada di kawasan pegunungan perbatasan kecamatan Krueng Sabee, Aceh Jaya dengan kecamatan Tangse, Pidie. Sungai tersebut merupakan aliran utama dari tiga anak sungai di daerah hulu yaitu, Krueng Teungoh, Krueng Gapuy, dan Krueng Kusi.

Sebelum bermuara ke Samudera Hindia, aliran sungai Krueng Sabee melintasi sejumlah desa diantaranya, Geunie, Padang, Panggong, Alue Sape, Gabuh, Buntha, Ranto Panjang, Lingkang, Blang Phong, Kulambeude, Gunung Setui, Gunung Kruet, Mon Mata hingga Keude Krueng Sabee.

Seperti biasanya, masyarakat yang berdomisili di Daerah Aliran Sungai (DAS) menggunakan airnya untuk kebutuhan pokok rumah tangga. Begitu pula di Krueng Sabee, masyarakat memanfaatkan air setidaknya untuk mandi dan mencuci.

Kini sungai tersebut tercemar oleh logam berat mercury dengan kode kimiawi Hg. Pencemaran bahan kimia yang sering disebut air raksa ini disebabkan oleh pembuangan limbah kilang pengolahan bijih emas milik masyarakat setempat.

Banyaknya aktivitas pengolahan bijih emas akibat adanya penambangan emas secara masif oleh ribuan masyarakat berbagai penjuru di Gunung Ujeun yang berada di kecamatan Krueng Sabe atau berjarak sekitar 15 – 20 kilometer dari Keude Krueng Sabee.

Sementara itu, Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias serta American Red Cross telah membangun fasilitas air bersih, Water Treatment Plant (WTP) di Desa Ranto Panjang. Salah satu tujuannya, memanfaatkan air sungai tersebut untuk dijadikan sumber air bersih bagi masyarakat Calang.

Saat ini, pihak Badan Layanan Umum Daerah Sistem Pengolahan Air Minum Tirta Mon Mata Kota Calang, selaku pengelola WTP telah mengoneksi pipa air ke 1.500 pelanggan.

Pengalaman Tragedi Minamata
Sebenarnya, ada kasus pencemaran mercury yang gaungnya sangat menghentak. Kasus ini disebut tragedi Minamata. Imbas dari industrialisasi di Jepang, membuat Teluk Minamata menjadi bak sampah raksasa.

Logam berat mencemari teluk cantik itu, termasuk di dalamnya tercemar pula oleh Methyl Mercury. Tak kurang, penduduk dari dua wilayah di pesisir Minamata, yaitu provinsi Kumamoto dan Kagoshima menjadi korban mercury.

Di Minamata, mercury terdeteksi sejak tahun 1956. Mercury Minamata ini merupakan limbah dari industri kimia Chisso Co Ltd. Meski telah terdeteksi, pihak perusahaan dan pemerintah Jepang saat itu seolah tutup mata.

Pada tahun 1968 penduduk di sekitar Minamata mengalami penyakit aneh, rata-rata dari mereka mengalami gejala sama yang khas, yaitu rusaknya sistem saraf, termasuk saraf otak. Rusaknya saraf otak ini menimbulkan gejala mati rasa (baal), ketidakseimbangan gerak pada tangan dan kaki, kelelahan, kuping berdenging, penglihatan menyempit, ketulian pendengaran, sulit bicara dan bergerak.

Setelah dilakukan penelitian ternya hal ini disebabkan konsumsi ikan dan kerang dalam jumlah besar oleh para penduduk di sekeliling Minamata. Diyakini, ikan dan kerang itu sudah tercemar methyl mercury, akibatnya dirasakan 10 tahun kemudian. Sekitar 17.000 lebih penduduk seputar Minamata mengalami keracunan.

Dari 2.262 penderita keracunan yang terdaftar di arsip pemerintah Jepang, 1.246 telah meninggal dunia.. Pemerintah Jepang sendiri mengklaim bahwa jumlah penderita keracunan mercury ini sebanyak 12.615 orang. Itulah hebatnya mercury.

Itu pun belum selesai. Generasi muda Minamata, ternyata mendapat malapetaka juga, dimana bayi-bayi yang lahir di era tersebut rata-rata mengalami penurunan intelegensia, cacat fisik, atau mutasi genetik.

Penyakit-penyakit lain yang juga ada kaitannya dengan mercury ini adalah penyakit kanker, ginjal dan hati.

source : www.theglobejournal.com

Read More......

Senin, 20 Juli 2009

Ledakan Bom di J.W. Marriott & Ritz-Carlton Hotel, Skenario Lama dg sutradara baru?

Fakta:
1. Ledakan pertama kali terjadi di Hotel J.W. Marriott lalu di Hotel Ritz-Carlton, ledakan pertama terjadi pada pukul 07.40, ledakan kedua terjadi berselang 5-10 menit ledakan pertama.
2. Ledakan di Ritz-Carlton terjadi 2x dengan intensitas ledakan kedua lebih rendah dibanding yang pertama
3. Ledakan di Ritz-carlton terjadi di lantai 2 di sebuah restoran, sedangkan di J.W. Marriott ledakan terjadi di Loby Hotel
4. Polisi memastikan bila ledakan yang terjadi di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton akibat bom (09.54)
5. "Ini jenisnya hight explosive," kata Menko Polkam Widodo AS di depan Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (10:45)

Tanggapan LN:
a. Pemerintah Australia mengeluarkan Travel Warning awal minggu ini bahwa warga Australia harus berfikir ulang untuk bepergian ke Indonesia, termasuk Bali, dikarenakan ancaman yang sangat tinggi dari serangan teroris.
"Kami terus mendapatkan informasi yang dapat dipercaya bahwa teroris sedang merencanakan serangan di Indonesia dan Bali tetap menjadi target yang menarik bagi teroris" Dikatakan oleh Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.
"Bila Anda bepergian ke Indonesia, maka Anda harus berpergian dengan ekstra hati-hati".
"Serangan terorisme yang lalu mengarah kepada orang Barat di Bali dan Jakarta mengindikasikan area-area ini adalah target prioritas. Anda harus mengambil perhatian serius untuk menghindari tempat-tempat yang dikenal sebagai tempat target teroris.

b. 17/7/09 : Dr Carl Ungerer, direktur proyek keamanan nasional Australia, Australian Strategic Policy Institute (ASPI)
• "Mereka merupakan sekelompok anggota garis keras yang tidak setuju dengan pandangan para pemimpin JI mungkin dalang dibelakang pemboman ini"
• "Sekelompok kecil garis keras yang tidak menerima pandangan beberapa kepemimpinan JI bahwa mereka melangkah menuju fase konsolidasi,"
• "beberapa anggota JI garis keras tersebut bisa saja telah bebas dari penjara belum lama ini"
• "Dan mereka yakin bahwa kelanjutan aksi pengeboman merupakan satu-satunya cara agar mereka mencapai tujuan politik mereka,"

c. Australia memberitakan bahwa ada laporan peringatan baru (yang dipublikasikan 24 jam sebelum ledakan Marriot dan Ritz-Carlton), bahwa akan terjadinya aksi terorisme seperti Bom Bali yang akan dilakukan oleh JI.
• PENGULANGAN dari bom Bali 2002 akan meningkat setelah banyak anggota JI dibebaskan dari penjara.
• Banyak teroris yang dilepaskan dari anggota JI, Islam garis keras di Indonesia, dan mereka akan mengadakan serangan terorisme kembali
• Penulis laporan ini, Noor Huda Ismail dari the Jakarta-based International Institute for Peacebuilding dan Carl Ungerer from ASPI, mengatakan walau kemungkinan serangan kembali adalah rendah, tetapi kemungkinan ini akan terus bertambah.

d. 25/06/09 : Peter Chalk dari lembaga think-tank AS, RAND Corporation dan Carl Ungerer dari Australian Strategic Policy Institute (ASPI) dalam laporannya yang berjudul: Neighbourhood watch: The evolving terrorist threat in Southeast Asia, menyatakan:
• Kelompok Kontroversial Hizbut Tahrir, yang memiliki ratusan anggota di Australia, sedang mencoba untuk merekrut di Universitas-universitas Malaysia dimana anggota al-Qaida dan JI pernah belajar juga disana.
• Australia harus berusaha keras menghentikan penyebaran literatur dan media-media Jihad.
• Kemunculan kembali daripada media/literatur jihad garis keras di Indonesia lewat publikasi seperti Jihadmagz menunjukkan kecenderungan yang mengkuatirkan dan sesuatu yang harus diperhatikan secara mendalam.
•Australia harus mengadakan pembicaraan menteri luar negeri seri kedua yang melanjutkan pembicaraan sebelumnya pada pertemuan konferensi menteri sub-regional yang diadakan pada Maret 2007
• Kesuksesan Hizbut Tahrir di Malaysia dapat dilihat sebagai potensi sebuah "pengaruh peradikalan" yang harus tetap diperhatikan oleh Australia. Didedikasikan untuk menerapkan aturan-aturan Islam dengan menggulingkan pemerintahan Barat, Hizbut Tahrir didirkan di Sydney dan telah merekrut anggota-anggota baru pada kampus lokal. Pemerintah New South Wales mempublikasikan untuk melarang organisasi ini tahun lalu, tetapi Jenderal Philip Ruddock tidak mengabulkannya

“Menurut diplomat Barat dan politisi Malaysia, kelompok ini (Hizbut Tahrir) telah menembus kepada komunitas Malaysia dan sekarang aktif merekrut dari golongan terdidik institusi pendidikan tinggi seperti Institut teknologi Malaysia"

Laporan itu mengatakan lagi bahwa universitas adalah "sumber lama yang penting bagi al-Qaida maupun JI"

Analisis:

Dalam setiap kejadian “terrorism attack” di Indonesia, setidaknya kita dapat melihat kesamaan dalam peristiwa ini, yaitu bahwa pada setiap kejadian terorisme sudah diprediksi oleh Australia yang sudah umum diketahui selaku “american watchdog on southeast asia”, ada laporan-laporan peringatan dan pasti ada travel warning sebelumnya. Artinya, ada isu baru yang ingin dimunculkan oleh AS via watchdognya ini dan menjadi pintu masuk bagi AS untuk menjalankan kepentingan barunya di Asia Tenggara

Dan yang lebih pasti, berdasarkan laporan-laporan yang telah dikeluarkan bulan lalu dan satu hari lalu sebelum serangan bom di Jakarta 17/7/09, maka kita dapat menyimpulkan bahwa yang akan menjadi sasaran dan target pada kali ini tetaplah JI, dan selain itu, ada organisasi yang berusaha dimunculkan sebagai “persamaan” JI, yaitu adalah Hizbut Tahrir. Dari laporan pula dapat kita persempit bahwa target operasi AS adalah gerakan-gerakan yang mereka anggap ekstrim dan mampu membahayakan eksistensi Barat yang ada di Australia, Indonesia dan Malaysia.

Setelah kejadian ini, dapat dipastikan bahwa AS dan Australia akan mendesak seluruh Asia Tenggara untuk berkumpul dan membicarakan tentang “War On Terrorism”, sebagaimana yang dilakukan oleh George W. Bush pada masa pemerintahannya, untuk memperjelas dimana posisi negara-negara Asia Tenggara dengan metode lama “either are you with us or against us?”

Kesimpulannya? Ini adalah skenario lama dengan sutradara yang baru, semua hal ini ditujukan kepada ummat Muslim, sebagai sebuah kejadian untuk memunculkan kembali sentimen negatif kepada kaum muslim, dan memberikan stigma negatif terhadap muslim yang menginginkan penerapan Islam. Oleh karena itu, hendaklah kita mewaspadai makar busuk yang dilakukan oleh imperialis Barat yang tak rela tanah kaum muslim lepas dari tangan mereka.

Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya (TQS al-Anfaal [8]: 30)

Sesungguhnya Allah pemilik makar yang paling sempurna, maka kejadian ini seharusnya menyadarkan kita betapa Barat telah merasa kebangkitan Islam sudah sangat dekat. Saat ini kita berpacu dengan waktu, apakah mereka atau kita yang lebih dulu membuat gol. Bagi kita goal itu telah jelas, tegaknya Islam dan syari’ah Allah dalam kesatuan Khilafah yang telah dijanjikan Allah.

Injury time is now, act now or never.

Read More......

ada Grand Strategy AS dibalik konferensi pers Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Berikut pandangan menarik pengamat intelejen AC Manullang yang dimuat dalam koran Seputar Indonesia hari ini tentang serangan bom di Jakarta kemaren..

Katanya: "ini adalah pengeboman yang menggunakan pemicu/pengontrol dari jarak jauh (remote controlled bombing)." Ini juga terkait Kapitalisme. Katanya: "ada dalam grand strategy global Amerika Serikat (AS) yang mengusung neoliberalisme dan neokapitalisme.Keduanya memiliki masalah dengan Islam yang kuat di Indonesia. Analisis kita harus ditarik ke ranah itu." Ia menegaskan Islam bukan teroris. Katanya: "sebenarnya Islam sendiri tak pernah menjadi teroris.Namun teroris inilah yang memanfaatkannya untuk perjuangan mereka.Perlu kita ingat, bukan hanya Islam yang dimanfaatkan, tetapi juga isu-isu lain seperti isu kelaparan, kemiskinan, dan isu apa pun yang bisa dijadikan alat melawan penguasa. Namun, target utamanya neoliberalisme dan neokapitalisme itu."

Salam,
HM

Bom,Terorisme dan Operasi Intelijen


Saturday, 18 July 2009 - Seputar Indonesia
Oleh AC Manulang

Setelah meledaknya bom di Hotel JW Marriot dan The Ritz-Carlton, isu pun simpang siur. Kekhawatiran masyarakat kembali memuncak dan rasa tidak aman kembali menyelimuti.

Sayangnya bukannya fokus menyelesaikannya, malah isu ini digiring melebar ke isu politik. Kasus ini memang sudah selayaknya untuk dibahas dari sudut pandang intelijen. Maka itu, saya sebagai pengamat intelijen akan berbicara berdasarkan data-data intelijen.

Ketika kemarin saya menonton konferensi pers yang digelar oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana, tampak dia menggelar data-data intelijen dalam omongannya serta beberapa foto. Perlu dipahami, untuk membaca kasus terorisme tak bisa sepotong- sepotong.Untuk itu,dalam memandangnya, kita harus melihatnya dalam suatu konteks.

Kejadian seperti peledakan ini merupakan bagian dari rangkaian. Yang terjadi sekarang ini merupakan bagian dari kejadian-kejadian sebelumnya seperti penangkapan tersangka teroris di Palembang, Cilacap, dan lainnya, yang menariknya berdekatan dengan HUT Polri.Peristiwa yang sekarang juga merupakan indikasi bahwa gangguan keamanan akan terjadi lagi.

Nah, tentu timbul pertanyaan dari masyarakat dan dari pengamat intelijen, yaitu mengapa peristiwa ini tidak bisa di-counteratau didahului dengan pencegahan sehingga peristiwa yang memilukan ini tidak perlu terjadi? Menurut saya intelijen wajib memperkirakan indikasi yang ada. Mereka memang seyogianya sudah tahu faktor-faktor yang memengaruhinya.

Saya pun sudah menerbitkan buku berjudul Terorisme dan Pan Intelijen. Setelah buku itu diterbitkan, dari tahun 2006 sampai 2008,setahu saya tidak lagi ada aksi terorisme. Dalam buku itu saya tuliskan bahwa mereka sama-sama tahu aktivitas masing-masing.Teroris tahu kerja intelijen, begitu juga sebaliknya intelijen sebenarnya sudah tahu apa kerja para teroris. Jadi, dalam konteks ini memang bisa dikatakan bahwa intelijen kita kecolongan.

*** Dalam peristiwa ini, menurut saya, ada beberapa pendapat yang malah bisa menyesatkan. Dalam beberapa keterangan secara terburu-buru––baik dari Presiden, Menko Polhukam,Kapolri maupun yang lainnya––dikatakan bahwa bom ini adalah bom bunuh diri.

Ini adalah kesimpulan yang terburuburu, karena masih butuh penyelidikan lebih jauh. Teroris pun pasti belajar dan makin canggih dari aksi sebelumnya. Menurut perkiraan saya,ini adalah pengeboman yang menggunakan pemicu/pengontrol dari jarak jauh (remote controlled bombing).

Kemungkinan ini masih terbuka lebar karena penyelidikan masih pada tahap awal. Penyesatan lainnya,dalam konferensi persnya Presiden mengindikasikan bahwa dia sudah tahu siapa pelaku pengeboman dan siapa di baliknya (man behind the gun).

Bahkan dia pun menyatakan telah menerima laporan intelijen sembari mengatakan bahwa ada latihan menembak di suatu tempat yang menggunakan foto SBY sebagai target latihan. Ini dipahami Presiden dan para pembantunya sebagai ancaman fisik. Secara intelijen, memaparkan fakta beserta foto-foto seperti itu adalah satu kesalahan.

Kalau memang benar ada gerakan itu, seharusnya Presiden segera memerintahkan aparat keamanan untuk menindaknya karena itu bukan tugas intelijen lagi. Saya sendiri baru pertama kali ini melihat ada Presiden yang bersumpah akan menindak tegas siapa pun yang menjadi pelaku terorisme, tetapi tidak bersumpah akan menindak keras pihak yang dianggapnya akan memberi ancaman fisik kepadanya.

Dalam intelijen dikenal istilah deception operation (operasi penyesatan). Operasi ini digunakan untuk menyesatkan gerakan tujuan target operasi intelijen agar mereka tidak waspada. Namun, jangan sampai deception operationini malah mengarah pada kelompok tertentu,umpamanya pesaing-pesaing yang kalah dalam pilpres.

Mereka itu bisa saja jadi marah dan situasi menjadi kian tidak kondusif. Ini setidaknya terjawab dengan konferensi pers yang dilakukan Prabowo yang menangkal arah isu yang seperti mengarah kepadanya. Kondisi ini malah bisa dimanfaatkan oleh teroris. Ingat bahwa kita ini hidup di era globalisasi.

Kita ada dalam grand strategy global Amerika Serikat (AS) yang mengusung neoliberalisme dan neokapitalisme.Keduanya memiliki masalah dengan Islam yang kuat di Indonesia. Analisis kita harus ditarik ke ranah itu. Lalu,kenapa terorisme ini semakin menjadi-jadi? Bukan tidak mungkin (ada keterkaitan demikian) karena negara kita ini berada di negara kaya dan menjadi rebutan negara lain.

Arah intelijen asing itu tak lain tak bukan adalah untuk kepentingan negara asalnya. Maka itu ada perang intelijen. Bukannya kita menuduh mereka––bahkan kita harus banyak belajar dari mereka––, tetapi ini harus dimasukkan dalam perhitungan.

Sementara itu, sebenarnya Islam sendiri tak pernah menjadi teroris.Namun teroris inilah yang memanfaatkannya untuk perjuangan mereka.Perlu kita ingat, bukan hanya Islam yang dimanfaatkan, tetapi juga isu-isu lain seperti isu kelaparan, kemiskinan, dan isu apa pun yang bisa dijadikan alat melawan penguasa. Namun, target utamanya neoliberalisme dan neokapitalisme itu.

*** Intelijen itu bukan kepentingan politik pihak tertentu. Fokus utama intelijen adalah kepentingan negara dan target yang harus dicapai dalam kerangka kepentingan negara,bukan kepentingan perseorangan. Jangan sampai memakai intelijen untuk menuduh satu kelompok.

Kita seharusnya bersama-sama untuk tegas melawan terorisme dan kekerasan di negeri ini. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa dalam intelijen itu bukan hanya ada penangkapan, pencidukan, apalagi pemberangusan. Operasi intelijen itu harus terdiri atas penelitian, pengamanan, dan penggalangan.Nah, penggalangan inilah yang tak berjalan bagus.

Sementara itu ada lima bentuk operasi intelijen, yaitu infiltrasi,penetrasi, spionase, sabotase, serta deception operation(operasi penyesatan). Media massa harus jadi sarana pencerdasan masyarakat. Kita harus mengadakan penggalangan isu agar masyarakat menjadi intelligent minded.

Tujuannya adalah agar masyarakat memahami peran intelijen. Harus dipahami bahwa intelijen itu sangat penting fungsinya bagi negara. Kalau intelijen lumpuh negara lumpuh,intelijen bubar negara bubar,sementara jika intelijen kuat maka negara akan kuat. Dalam kerangka intelligent minded itu,kita harus melirik siapa yang memiliki intelijen yang kuat?

Kemampuan ini ada pada TNI ––yang dulu membuatnya dibenci masyarakat. Semenjak direkrut, anggota TNI sudah memiliki darah intelijen.Namun saat ini kemampuan itu tidak dimanfaatkan. This is the beginning of the end and the end of the beginning.(*)

Dr AC Manullang
Pengamat Intelijen
dan Militer

Read More......

Senin, 13 Juli 2009

INTELEKTUAL ACEH PERTANYAKAN DATA BRR

Sabtu, 14/2/09 19:40 WIB

Jakarta,(Modus.or.id). Ketua Ikatan Mahasiswa Pasca Sarjan (IMPAS) Aceh-Jakarta Kamaruddin Hasan dan Indra Gunawan Pengurus Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta mempertanyakan kegiatan yang diadakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias di Jakarta sejak 13-14 Februari. Pasalnya laporan BRR Aceh Nias menyatakan 93 persen keberhasilannya merekonstruksi dan merehabilitasi Aceh-Nias. "Bagaimana keakuratan data ini dengan kenyataan di lapangan. Anda menipu nilai-nilai kemanusiaan Anda dengan merayakan kemanusiaan," ungkap Kamaruddin Hasan yang didampingin oleh Indra kepada jurnalis, Sabtu (14/2).

Kamaruddin menyatakan acara A celebration of humaty yang dilaksanakan di JCC Jakarta, juga tidak jelas exsitstrateginya tidak sesuai dengan tujuan membangun aceh pasca tsunami oleh BRR. Acara ini hanya menjauhkan realitas yang sebenarnya di Aceh. "Mestinya korban atau rakyat Aceh yang harus terlibat secara langsung dan dibuat di Aceh. Acara ini hanya dinikmati oleh kelas menengah ke atas saja dengan biaya milyaran rupiah. Acara ini hanya untuk cari muka," tambah mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indonesia..

Hal senada juga disampaikan oleh Indra yang menuturkan, dengan masa kerja hanya 60 hari lagi semestinya apapun kegiatan harus di Aceh/Nias. Acara dibuat di Jakarta, kalangan organisasi kepemudaan Aceh di Jakarta tidak diundang, jadi akan sulit ketika acara ini dikatakan merepresentasikan Aceh. "Ini sangat politis, kasian orang korban tsunami Aceh secara terus menerus jadi mangsa kapitalis. Acara serimonial seperti ini kalaupun mau dibuat harus di Aceh atau Nias, '' ingat Indra.

PEMDA atau rakyat mestinya harus lebih peka jangan terjebak pola politisi dan ekonomi pusat atau Jakarta. Kita terus dibodohi, pola-pola individualisme, materialisme, kapitalisme seperti ini sudah merusak tatanan moral dan budaya Aceh. Kalau tujuan hanya ingin memperkenalkan kembali kepada NGO/lembaga donor yang terlibat di Aceh kurang lebih 500 buah dengan keterlibatn 50 negara kami kira sudah tidak perlu lagi. "Aceh sudah cukup terkenal apalagi setelah konflik dan tsunami. Kalau memang acara seperti ini dipaksa dibuat ya mesti di Aceh agar bisa langsung dilihat keberhasilan dan kelemahan bukan menjauh dari realitas yang sebenarnya," tukas Kamaruddin dan Indra kompak.(Hariwibowo).

Copyright © 2004 modus.or.id | email: modus18704@yahoo.com

Read More......

Followers