Selasa, 11 Agustus 2009

ADA APA DENGAN ISLAM (AADI)?

Dalam sebuah pertemuan diskusi khusus dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Jakarta yang dilaksanakan pada awal Maret 2008, bertempat di Meeting Room FUF dengan tema Agama-agama Dunia, yang kebetulan penulis di minta untuk ikut menghadiri acara tersebut.

Forum diskusi tersebut menghadirkan Prof. Dr. Romo Franz Magnes Suseno sebagai pembicara tunggal. Diskusi khusus dosen ini memang rutin dilaksanakan setiap bulannya di FUF dengan pembicara yang berbeda-beda, tujuannya agar para dosen tetap memiliki semangat budaya diskusi seperti mahasiswa. Namun, tidak semua mahasiswa boleh hadir didalamnya.
Diskusi ini berlangsung cukup seru dan benar-benar menambah khazanah keilmuan penulis khususnya. Betapa tidak, diskusi ini hampir dihadiri oleh semua guru besar FUF yang notabene bergelar Doktor. Sepanjang perjalanan diskusi yang berlangsung tiga jam lebih, ada satu pertanyaan menarik dari salah seorang dosen Filsafat Islam kepada Prof Franz Magnes Suseno. Perlu diketahui sebelumnya, Franz Magnes Suseno merupakan tokoh etika Indonesia peraih nobel etika nasional yang diberikan oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla tahun 2008, namun ditolak olehnya. “Begini Prof, tadi anda katakan bahwa anda memilih Kristen sebagai agama anda, tidak lain karena anda kagum dengan kelembutan dan rasa kasih sayang yang dimiliki oleh Jesus, bahkan dalam Bible dikatakan jika pipi kirimu ditampar maka berikan pipi kanan mu, “akhirnya bonyok” (disambut gelak tawa para peserta). Namun, mengapa kelembutan dan rasa kasih sayang itu tidak dimiliki oleh mayoritas umatnya. Anda bisa lihat contoh kasus pada abad pertengahan, yaitu zaman hegemoni gereja yang sangat terkenal kejahatan dan kekejamannya. Di abad 20 ini pun tidak kalah jahatnya, Bush seorang Katolik memiliki hobi perang, sehingga telah membunuh puluhan juta umat manusia terutama di negeri Muslim. Tidak hanya itu prof, anda tahu kasus pelecehan terhadap umat Islam dari pelemparan kitap suci al-Quran ke kloset di Guantanamo hingga penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw dalam bentuk karikatur yang diterbitkan berulang-ulang di koran Jyllands-Posten Denmark (tahun 2005 pernah diterbitkan, kemudian 13 Desember 2006 dimuat kembali di 11 media massa terkemuka di Denmark dan televisi nasional termasuk Koran Jyllands-Posten-Pen). Padahal Yesus tidak pernah mengajarkan hal seperti itu. Mengapa umatnya seperti itu. Saya sebagai Muslim sangat tersinggung dengan tindakan ini”.
Dengan enteng Suseno menjawab “itulah orang muslim, cepat sekali protes, kami di Eropa, Tuhan saja sering sekali dijadikan guyonan dan lelucon...”. serta merta penulis tersentak, dan pada waktu yang sama jawaban tersebut disambut tawa oleh para dosen-dosen FUF yang hadir (aneh dihina koq malah tertawa). Seorang tokoh etika yang tahu betul tentang moral, memahami sekali perasaan orang lain, apalagi yang dibicarakan adalah nabi dari salah satu agama besar di dunia, namun sama sekali seperti tidak memiliki etika.
“Aneh tapi nyata”, slogan yang cukup pantas disematkan didada sebahagian para pemimpin kaum muslimin saat ini, betapa tidak mayoritas penguasa di dunia Islam hanya diam ketika agama dan nabi mereka dilecehkan. Pemerintah Indonesia pun tidak menganggap hal ini sebagai perkara penting. Buktinya tindakan paling ringan sekali pun tidak mereka lakukan. Mereka tidak melakukan protes atau memanggil duta besar Denmark dan negara lain yang terlibat penghinaan atas Islam. Bandingkan, jika kepala negara dihina segera pelakunya diprotes dan diadili. Padahal lebih mulia mana Nabi Muhammad saw dibanding mereka? Namun, mengapa ketika Rasulullah dihina mereka diam saja? Dimana letak kecintaan dan penghormatan mereka kepada Islam dan nabi Muhammad saw? Bahkan film Fitna yang sangat melecehkan al-Quran dan Rasulullah saw diputarkan dan disebarkan di situs internet. Geert Wilder sang sutradara dibalik film ini mengatakan “al-Quran adalah buku fasistis yang menyebarkan kebencian dan kekerasan, setiap muslim yang tinggal di Belanda harus menyobek setengah al-Quran. Jika Muhammad tinggal disini (Belanda) sekarang, aku akan menyuruhnya keluar dari Belanda dengan belenggu”.
Lebih jauh dari itu, beberapa tahun belakangan ini kita sering mendengar kata “Pluralisme Agama” yang digaungkan oleh tokoh-tokoh intelektual Muslim dan Orientalis. Bahkan buku-buku yang mempropagandakannyapun telah bertebaran di hampir seluruh toko buku di sekitar kampus Islam di Indonesia. Pluralisme agama berasal dari kata Plural yang berarti Majemuk atau banyak. Banyak agama disini bermakna sama, semua agama yang ada dimuka bumi ini sama dan kita musti mengakui keabsahan agama lain itu.
Salah seorang dosen Filsafat agama FUF, ketika penulis sedang mengikuti kuliahnya beliau mencontohkan “agama-agama yang ada didunia ini ibarat para pendaki gunung yang mendaki dari berbagai sisi pada sebuah gunung, namun mereka akan mencapai pada puncak yang sama. Demikian pula dengan agama, setiap orang boleh meyakini agama mana yang disukai, karena Tuhan yang kita yakini itu satu dan sama dengan Tuhan yang diyakini oleh agama lain, dan kita tidak boleh memaksa mereka untuk memeluk agama yang kita peluk.” Salah seorang teman penulis dikelas juga mengatakan bahwa kita harus legowo untuk menerima dan mengakui agama yang lain, karena semua agama itu benar, dan diciptakan Tuhan yang satu yaitu Allah swt.
Memang benar semua agama yang ada adalah ciptaan Allah, tapi tidak semuanya diridhoi secara syara’. Sebagaimana dikatakan oleh Dr. Anis Malik Toha bahwa Tidak semua yang Allah kehendaki (iradah) dikehendaki secara ontologis (kaunan) dan diridhoi (syar’an). Ada yang Allah kehendaki secara ontologis tapi tidak secara syara’, seperti diciptakannya setan. Ada juga yang dikehendaki secara ontologis, tapi dikehendaki juga secara syara’, seperti diciptakannya Muhammad saw. Contoh lain, Allah swt dalam Al-Quran berfirman: In Tasykurû yardhâhu lakum wa la yardhâ li’ibâdih al-kufr. Syukur dikehendaki dan diridhoi oleh Allah, tapi kufur dicipta tapi tidak diridhoi. Begitu juga tatanan-tatanan keagamaan ada yang dikehendaki dan diridhoi dan ada pula yang dikehendaki tapi tidak diridhoi.
Selanjutnya, jika kita harus legowo dan menerima bahwa semua agama sama dan tidak ada “truth claim” atau klaim kebenaran pada agama. Maka apa fungsi Islam sebagai agama dakwah yang harus menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, bukankah didalam al-quran cukup jelas difirmankan oleh Allah swt “Sesungguhnya agama yang diridhai disisi Allah ialah Islam” dan di ayat yang lain dikatakan, “kamu sekalian adalah umat terbaik yang dikeluarkan, untuk menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”.
Didalam surat al-Kafirun ayat 5 dan 6: “walâ antum ‘abidûna mâ a’bud # Lakum dînukum waliya dîn”. Dan tidaklah kamu menyembah apa yang kami sembah # bagimu agamamu dan bagiku agamaku. Dalam tafsir “al-Bayan” Teuku Hasbi As-Shiddieqi mengatakan bahwa ayat ini menjelaskan kami tidak menyembah pujaanmu di waktu sekarang ini apa yang sedang kamu sembah dan kami tidak akan menyembah dimasa yang akan datang apa yang telah kamu sembah. Ayat ini cukup jelas menyatakan perbedaan antara Islam dengan selain Islam. Tuhan yang disembah umat Islam berbeda dengan Tuhan Yang disembah Non-Islam.
Kesimpulan
Penghinaan dan pelecehan Islam yang terjadi berulang-ulang hanyalah menunjukkan kebencian mereka kepada Islam. Itu lahiriahnya. Apa yang ada di dalam hatinya sungguh lebih besar dari pada itu. Allah swt. berfirman: telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi )Qs. Ali ‘Imran: 118)
Imam Ibn Katsir, ketika menafsirkan ayat tersebut, menyatakan bahwa kebencian telah tampak dari wajah, sikap mereka serta ucapan mereka. Karenanya, jangan heran bila kebencian mereka berulang-ulang dan tidak berhenti hingga ada yang men hentikannya. Realitas menunjukkan negara-negara yang ada tidak dapat menghentikan.
Hal ini membuktikan setelah lebih dari 80 tahun runtuhnya Daulah Islamiah tempat berlindungnya umat Islam selama kurun waktu 14 Abad, dan kini telah tepecah kepada lebih dari 50 negara, maka kasus-kasus ini mengisyaratkan umat Islam diseluruh dunia untuk kembali bersatu dalam satu kepemimpinan kepala negara Islam. Dengan persatuan umat, Islam akan menjadi kuat sehingga mampu menegakkan ‘izz al-Islam wa al-Muslimin, termasuk melindungi kehormatan Islam, al-Quran dan Nabi Muhammad saw yang mulia.

ditulis oleh Wahyu Ihsan
(Ketua Bidang PPIP PP IMAPA Jakarta)

Comments :

0 komentar to “ADA APA DENGAN ISLAM (AADI)?”


Posting Komentar