Senin, 13 Juli 2009

INTELEKTUAL ACEH PERTANYAKAN DATA BRR

Sabtu, 14/2/09 19:40 WIB

Jakarta,(Modus.or.id). Ketua Ikatan Mahasiswa Pasca Sarjan (IMPAS) Aceh-Jakarta Kamaruddin Hasan dan Indra Gunawan Pengurus Ikatan Mahasiswa dan Pemuda Aceh (IMAPA) Jakarta mempertanyakan kegiatan yang diadakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias di Jakarta sejak 13-14 Februari. Pasalnya laporan BRR Aceh Nias menyatakan 93 persen keberhasilannya merekonstruksi dan merehabilitasi Aceh-Nias. "Bagaimana keakuratan data ini dengan kenyataan di lapangan. Anda menipu nilai-nilai kemanusiaan Anda dengan merayakan kemanusiaan," ungkap Kamaruddin Hasan yang didampingin oleh Indra kepada jurnalis, Sabtu (14/2).

Kamaruddin menyatakan acara A celebration of humaty yang dilaksanakan di JCC Jakarta, juga tidak jelas exsitstrateginya tidak sesuai dengan tujuan membangun aceh pasca tsunami oleh BRR. Acara ini hanya menjauhkan realitas yang sebenarnya di Aceh. "Mestinya korban atau rakyat Aceh yang harus terlibat secara langsung dan dibuat di Aceh. Acara ini hanya dinikmati oleh kelas menengah ke atas saja dengan biaya milyaran rupiah. Acara ini hanya untuk cari muka," tambah mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indonesia..

Hal senada juga disampaikan oleh Indra yang menuturkan, dengan masa kerja hanya 60 hari lagi semestinya apapun kegiatan harus di Aceh/Nias. Acara dibuat di Jakarta, kalangan organisasi kepemudaan Aceh di Jakarta tidak diundang, jadi akan sulit ketika acara ini dikatakan merepresentasikan Aceh. "Ini sangat politis, kasian orang korban tsunami Aceh secara terus menerus jadi mangsa kapitalis. Acara serimonial seperti ini kalaupun mau dibuat harus di Aceh atau Nias, '' ingat Indra.

PEMDA atau rakyat mestinya harus lebih peka jangan terjebak pola politisi dan ekonomi pusat atau Jakarta. Kita terus dibodohi, pola-pola individualisme, materialisme, kapitalisme seperti ini sudah merusak tatanan moral dan budaya Aceh. Kalau tujuan hanya ingin memperkenalkan kembali kepada NGO/lembaga donor yang terlibat di Aceh kurang lebih 500 buah dengan keterlibatn 50 negara kami kira sudah tidak perlu lagi. "Aceh sudah cukup terkenal apalagi setelah konflik dan tsunami. Kalau memang acara seperti ini dipaksa dibuat ya mesti di Aceh agar bisa langsung dilihat keberhasilan dan kelemahan bukan menjauh dari realitas yang sebenarnya," tukas Kamaruddin dan Indra kompak.(Hariwibowo).

Copyright © 2004 modus.or.id | email: modus18704@yahoo.com

Comments :

1

mantap..
kita memang harus selalu krotos untuk hal-hal yang merugikan spt ini.

IMAPA Jakarta mengatakan...
on 

Posting Komentar